Pada postingan ini, saya mau sharing tentang pengalaman pribadi dulu kecil, tentu saja berhubungan dengan obat. Pengalamannya tentang BAB,.... maksudnya obat untuk sulit BAB. Saya juga bingung, kenapa harus obat BAB, kenapa
enggak obat yang lain, agak2 jorok gimana gitu ya. Bagi anak-anak farmasi, atau
yang dibidang kesehatan sudah familiar pastinya ya dengan sediaan obat
suppositoria, dimana sediaan obat suppositoria yang saya gunakan waktu itu
dimasukkan melalui anus.
Penampakan bentuk obatnya seperti ini,
Tapi bukan itu loh ya obat yang ada di pengalaman saya dulu,
masa saya simpan sampai sekarang, berarti bekas dong (warning: jangan dibayangkan). Itu sekedar contoh bentuk sediaan obatnya
saja, supaya temen-temen yang belum tau, bisa punya gambaran..hehe.. ya kan
siapa tau ada yang belum pernah melihat atau menggunakan obat seperti itu. Contoh obat tersebut saya
ambil dari hasil praktikum Bentuk Sediaan Farmasi salah satu teman saya
beberapa tahun yang lalu, jadi sudah agak rusak. Suppo buatan saya sudah saya buang jadinya ambil punya orang..ehhehe..
Dulu kecil saya tidak tau kalau saya salah menggunakan obat
tersebut. Saya baru mengetahuinya setelah saya kuliah di jurusan farmasi. Dari
sekitar saya kelas 2 SD sampai saya kuliah, silahkan dihitung sendiri berapa
lama saya menyimpan kebodohan itu dan baru terbongkar saat kuliah.
Tetapi dari pengalaman tersebut, kita bisa menyadari masih
kurangnya komunikasi yang baik antara ‘penjual obat’ di apotik (saya tidak
berani menyebutkan seorang apoteker, karena saat itu bukan saya yang membelinya
dan saya tidak mengerti apa2 #anak kelas 2SD. Masih polos adek, bang) dengan konsumen / pasien
sehingga mungkin pasien yang membeli obat kurang paham dengan cara pakainya
dll, sehingga menurut saya mungkin bisa lebih peduli lagi dengan pasien terkait
mengkomunikasikan atau mengingatkan cara pakai obat, waktunyaa, dll (pemberian informasi).
Pengalamannya belum diceritain ya. Saya mulai bercerita.
Waktu itu saya memang lagi ada masalah soal BAB (mungkin konstipasi), jadi saya diberikan suatu obat bentuk suppositoria (ukurannya lebih kecil sedikit)
oleh my mom. Saya tidak tau apakah saat membeli obat tersebut mama diberikan instruksi yang jelas oleh ‘penjualnya’ atau tidak. Obat tersebut
penggunaannya melalui anus, jadi obat tersebut dimasukkan ke dalam anus, dengan
posisi tubuh terbaring, ditunggu beberapa saat, kurang lebih seperti pada gambar
berikut.
Gambar saya ambil dari http://mixfarmasipedia.blogspot.com/
, lebih jelasnya bisa dilihat di web tersebut.
Tetapi saat itu, saya menggunakan obat itu tidak
seperti gambar, jadi obatnya dimasukkan ke dalam anus dengan posisi berdiri (tidak usah dibayangkan) lalu langsung melaksanakan proses BAB (posisi jongkok). Apa
yang terjadi? Yaa.. benar.. niatnya mw ngeluarin fesesnya malah obatnya yang keluar utuh seutuhnya (ingat, gak
perlu dibayangkan). Jadi sama saja obatnya nggak ngefek dan terbuang
percuma. tetapi saat itu saya masih kecil jadi saya tidak mengerti kalau
penggunaannya salah. Jadi saya pikir saat itu cara kerja obatnya ya seperti
itu, keluar utuh lagi. Ya udin jadinya saya duduk BAB selama berjam-jam.
Melalui sharing ini, saya cuma mau mengajak teman-teman atau saudara-saudara lebih teliti lagi jika membeli obat, bisa ditanyakan lebih jelas lagi terkait
dengan cara pakainya seperti apa dan bagaimana, terutama untuk obat-obat yang
tidak biasa (maksudnya penggunaanya di tempat lain seperti anus, vagina, dll).
Kan bahaya juga kalau sediaan suppositoria malah diminum #iih..bayangin. Jangan
sampai hanya kurangnya komunikasi efek terapi obatnya malah tidak tercapai. Hal tersebut juga terkait dengan peran apoteker dalam pemberian informasi kepada pasien dan kehadiran seorang apoteker di apotek sehingga peran apoteker lebih ditampilkan lagi di kalangan masyarakat.
Salam Semangat! :)
Salam Semangat! :)
Tag :
Farmasi
1 Komentar untuk "Haii Para Apoteker, Pemberian Informasi itu Penting Loh "
Minimal deposit 50rb
Bonus member baru 30%
Bonus harian 5%
Aman & Terpercaya
hanya di bit.do/bolay0
Whatsapp kami
bit.do/WA_BOLAYO
+6282321807397