Cacar air part 1.
Teringat kenangan indah dulu, saya terkena cacar air saat kelas 6 SD atau SMP, lupa-lupa ingat. Ternyata penyakit ini sangat menular sekali. Saya katakan begitu karena saya terkena cacar akibat penularan masal di keluarga. Yup. Tiga bersaudara secara bergiliran menjadi korban tragis virus varicella-zoster. Mungkin jika saat itu satu diantara kami yang terkena cacar air langsung dikarantina di luar rumah, penularan masal itu tidak terjadi.
Teringat kenangan indah dulu, saya terkena cacar air saat kelas 6 SD atau SMP, lupa-lupa ingat. Ternyata penyakit ini sangat menular sekali. Saya katakan begitu karena saya terkena cacar akibat penularan masal di keluarga. Yup. Tiga bersaudara secara bergiliran menjadi korban tragis virus varicella-zoster. Mungkin jika saat itu satu diantara kami yang terkena cacar air langsung dikarantina di luar rumah, penularan masal itu tidak terjadi.
Karena penularan cacar air begitu tinggi, biasanya kita dulu waktu kecil divaksinasi. Teringat dulu kecil saya divaksinasi di sekolah. Rombongan berbaju putih datang ke sekolah dengan membawa seperangkat suntikan, dan secara bergiliran tanpa ampun menyuntik anak/ siswa - siswi yang tak berdosa (termasuk saya) di bagian lengan atas. Anak-anak berbaris antri gitu udah kayak antri BBM. Ada yang berteriak histeris, sembunyi di bawah meja, sembunyi di belakang Bu Guru. Kebetulan kalau saya termasuk anak yang berani sih, kan rasanya cuma sakit sedikit ya. Udah biasa disakiti sih. #loh. Jadi ya langsung maju urutan pertengahan, bukan urutan pertama kok. Disuntik, sambil meluk Ibu Guru, udah kayak meluk bantal.
Yuks teman-temin, kita kenali dulu cacar air itu apa.
Cacar air atau yang biasa disebut dengan Chicken Pox disebabkan oleh varicella-zoster virus (VZV) dari keluarga herpes virus. Virus ini ditemukan pada tahun 1995 dengan manusia sebagai satu-satunya reservoir.
Penyakit ini sangat menular dengan attack rate ± 90% terhadap orang yang rentan.
Insidensinya berkisar antara 65-86% dengan masa penularan 24-48 jam sebelum lesi kulit muncul serta 3-7 hari setelah lesi muncul.
VZV dapat ditularkan melalui jalur respirasi, dan menimbulkan lesi pada orofaring. Lesi inilah yang memfasilitasi penyebaran virus melalui jalur traktus respiratorius. Pada fase ini, penularan terjadi melalui droplet kepada membran mukosa orang sehat misalnya konjungtiva. Masa inkubasi berlangsung sekitar 14 hari, dimana virus akan menyebar ke kelenjar limfe, kemudian menuju ke hati
dan sel-sel mononuklear. Penyebaran lesi di kulit diketahui disebabkan oleh adanya protein ORF47 kinase yang berguna pada proses replikasi virus.
Manifestasi klinis dimulai dengan gejala demam, malaise, sakit kepala, dan sakit abdomen, yang langsung 24-48 jam sebelum lesi kulit muncul. Gejala sistemik seperti demam, lelah, dan anoreksia dapat timbul bersamaan dengan lesi kulit. Lesi kulit awal mengenai kulit kepala, muka, badan, biasanya sangat gatal, berupa macula kemerahan, kemudian berubah menjadi lesi vesikel kecil dan berisi cairan di dalamnya, seperti tampilan tetesan air mata.
Dalam penanganan infeksi varicella dibutuhkan pemeriksaan laboratorium untuk mendiagnosis pasien yang dicurigai menderita varicella atau herpes zoster serta untuk menentukan terapi antivirus yang sesuai.
Asiklovir biasanya digunakan sebagai agen antiviral dalam penanganan infeksi varicella. Asiklovir hanya terfosforilasi ketika bertemu dengan timidin kinase dari virus, obat ini cenderung inaktif di dalam tubuh kecuali bila tersensitisasi dengan sel yang terinfeksi VZV atau yang telah memiliki enzim virus. Setelah terjadi penggabungan antara asiklovir dengan timidine kinase, maka selular kinase akan memetabolisme monofosfat menjadi trifosfat yang bersifat kompetitif inhibitor dan menjadi rantai terminasi DNA virus polimerase.
Sumber:
In: Kurniawan, M., Dessy N., Tatang M., 2009, Varicela Zoster Pada Anak, Fakultas Kedokteran UPH
0 Komentar untuk "Cacar air Part 1"