I.
Tujuan
Mengenal reaksi substitusi nukleofilik pada
senyawa alifatis.
II.
Dasar Teori
Reaksi substitusi
nukleofilik adalah sejenis reaksi penggantian asam atau gugus lain dalam suatu
senyawa oleh nukleofil. Nukleofil adalah ion/molekul yang dapat mendermakan elektronnya,
sering merupakan bahan pengoksidasi dan basa lewis, dapat berupa ion
negative/molekul yang memiliki PEB , cenderung menyerang bagian molekul yang
bermuatan positif (Daintith, 1997).
Senyawa
alifatik adalah senyawa organic yang rangkaian atom-atom karbonnya terbuka atau
tidak membentuk lingkaran. Rantai karbon senyawa alifatik ada yang mempunyai
ikatan rangkap dan ada pula yang tidak memiliki ikatanrangkap. Jika dibuat
berdasarkan radikal atau gugus fungsi yang dimilikinya, rnatai karbon senyawa
alifatik ada yang bercabang dan ada yang tidak bercabang (Sumardjo, 2008).
Etil
bromida merupakan suatu cairan yang mudah terbakar tanpa warna. Senyawa ini
adalah haloalkana yang khas, yang dapat dibuat dari etana dan hidrogen bromida
(Daintith, 1997).
Reaksi substitusi nukleofilik secara umum
dapat dikelompokkan menjadi 2 golongan:
1. Reaksi
substitusi nukleofilik unimolekuler (SN1)
Reaksi SN1 adalah reaksi ion, mekanismenya
kompleks karena ada antaraksi antara molekul pelarut, molekul RX, dan ion-ion
antara yang terbentuk. Reaksi SN1 suatu alkil halida tersier adalah reaksi
bertahap. Karena reaksi SN1 melibatkan ionisasi, reaksi-reaksi ini dibantu oleh
pelarut polar, seperti H2O yang dpaat menstabilkan ion dengan cara
solvasi.
2. Reaksi
substitusi nukleofilik bimolekuler (SN2)
Alkil halide sekunder dapat bereaksi SN2,
tetapi lakil halide tersier tidak dapat bereaksi dengan SN2. Metil halide dan
alkil halide primer juga bereaksi dengan nukleofil lemah, seperti H2O,
tetapi reaksi-reaksi ini terlalu lambat, sehingga tidak bermanfaat (Fessenden,
1982).
III.
Alat dan bahan
Etanol, aquadest, H2SO4 pekat,
KBr, Na2CO3, butir-butir CaCl2, labu alas
bulat leher panjang 500mL, pipa bengkok, pendingin liebigh, pipa alonga, corong
pisah, Erlenmeyer, corong kaca, klem, statif, kertas saring, thermometer,
beaker glass, labu hisap, pipet tetes, wadah, mantel heater, pengaduk, gelas
ukur.
IV.
Prosedur kerja
30 gram etanol dan 25 gram
air dicampurkan ke dalam labu alas bulat leher panjang 500 mL. Kemudian
ditambahkan 100 gram asam sulfat pekat, lalu 20 gram KBr yang telah dihaluskan
dahulu, pencampuran dengan penggoyangan dan pendinginan. Lalu didestilasi
secepat mungkin dengan api kecil, dengan pendingin yang dialiri air es.
Destilat ditampung dalam labu hisap yang telah diisi dengan air es, sampai
tidak ada lagi tetesan yang menyerupai minyak keluar melalui pipa alonga.
Isolasi:
Destilat
dituang ke dalam corong pisah, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Erlenmeyer didinginkan
dalam wadah yang berisi es dan diteteskan asam sulfat dengan hati-hati sehingga
terbentuk 2 lapisan zat cair. Cairan tadi dipisahkan ke dalam corong pisah, dan
dipisahkan etil bromidanya (lapisan atas). Cairan etil bromida dimasukkan ke
dalam corong pisah, dinetralkan dengan larutan Natrium Bikarbonat, dikocok
hati-hati. Kemudian etil bromidanya dipisahkan ke dalam Erlenmeyer.
Pemurnian:
Cairan
dikeringkan dalam Erlenmeyer tadi dengan butir-butir CaCl2 anhidrat.
Lalu ditutup dengan gabus dan disaring melalui kertas saring yang kering ke
dalam labu destilasi. Didestilasi di atas penangas air, ditampung dalam botol
yang bersih, dan ditimbang.
V.
Mekanisme Reaksi
Ditampilkan dengan gambar pada
postingan yang berjudul Mekanisme Reaksi Pembuatan Etil Bromida, di label Kimia
Organik.
VI.
Data
Penimbangan KBr
Berat kertas = 0,408 g
Berat kertas + isi = 20,408 g
Berat kertas + sisa = 0,418 g
Isi = 19,99 g
Mol KBr = m/BM
= 19,99 gram / 119,006 g/mol
= 0,167 mol
Etanol :
BJ = 0,816 g/mL
Massa = 30 g
V = m/BJ
= 30 gram / 0,816 g/mL
= 36,76 mL
Mol = m/BM
= 30 gram/ 46 g/mol
= 0,65 mol
H2SO4 :
BJ = 1,84 g/mL
Massa = 100 g
V = m/BJ
= 100 gram / 1,84 g/mL
= 54,34 mL
Mol = m/BM
= 100 gram/ 98 g/mol
= 1,02 mol
Hasil teoritis
2 C2H5OH
+ 2 KBr + H2SO4 => 2C2H5Br + 2H2O
+ K2SO4
m 0,65 0,167
r 0,167 0,167 0,167
A 0,483
mol
- 0,167
mol
BM C2H5Br = 108,96 g/mol
M C2H5Br = 0,167 x 108,96
=
18,196 g
V C2H5Br =
m / ρ
=
18,196 gram / 1,4515 g/mL
=
12,50844 mL
Penimbangan etil bromida
Berat botol = 11,478 gram
Berat botol + isi = 16,177 gram
Isi = 4,69 gram
Rendemen = Hasil percobaan /
hasil teoritis X 100%
= 4,69 / 18,196 X 100%
= 25,77 % b/b
VII.
Pembahasan
Tujuan dari praktikum ini
adalah mengenal reaksi substitusi nukleofilik pada senyawa alifatis. Reaksi substitusi
nukeofilik adalah suatu reaksi penggantian atom, ion gugus oleh gugus
nukleofilik. Pembuatan etil bromide termasuk reaksi substitusi nukleofilik
bimolekuler (SN2) karena gugus C pada etanol merupakan C primer. Reaksi
SN2 melibatkan suatu rantai hidrokarbon alkohol yang membentuk
ikatan pentavalen, yaitu keadaan transisi yang melibatkan 2 molekul sehingga
disebut bimolekuler yang pada akhirnya akan direhibridisasi karena
ketidakstabilan.
Nukleofil pada praktikum ini
adalah Br dari ionisasi KBr yang akan menggantikan OH pada etanol. Gugus nukleofil
adalah suatu gugus yang dapat memberikan PEB kepada gugus lain dapat membentuk
ikatan sigma.
Etil bromida merupakan suatu
cairan yang mudah terbakar yang tanpa warna. Senyawa ini adalah haloalkana yang
khas, yang dapat dibuat dari etana dan hidrogen bromida. Etil bromida mempunyai
titik didih berkisar 38,20C – 38,40C dan mempunyai massa
jenis 1,4515 g/mL. dalam kefarmasian, etil bromide berfungsi untuk obat
anestesi, refrigerant, dan pelarut organik.
Starting material dari
pembuatan etil bromida ini adalah etanol dan KBr. Fungsi H2SO4
yaitu mendonorkan ion H+ dan sebagai katalis. Ketika pencampuran
etanol, aquadest, dan H2SO4 pekat, yang dimasukkan
pertama kali ke dlaam labu alas bulat ialah etanol dahulu, kemudian aquadest,
lalu H2SO4. Hal ini dikarenakan perbedaan bobot jenis,
yaitu dimulai dari bobot jenis terkecil ke bobot jenis terbesar. Ini dilakukan
agar campuran menjadi homogen tanpa diberi pengadukan, dan juga aquadest
berfungsi untuk menyelimuti etanol agar etanol tidak mudah menguap. Jika etanol
langsung ditambah dengan H2SO4 makan etanol akan
terdehidrasi sehingga akan terjadi reaksi samping.
H2SO4
pekat dicampur pada bagian terakhir karena sifatnya yang eksotermik, yang dapat
menyebabkan naiknya suhu campuran. Labu alas bulat ditunggu agak dingin
diletakkan pada baskom berisi es dengna tujuan agar etanol tidak menguap dan
mencegah terjadinya reaksi eksotermis pada H2SO4 pekat.
KBr dihaluskan terlebih dahulu
agar dapat bercampur secara homogen dengan memperkecil ukuran partikel. Campuran
etanol, aquadest, dan H2SO4 setelah ditambah KBr akan
berubah menjadi warna orange, dikarenakan adanya oksidasi dari SO4-.
Digunakan batu didih yang terbuat dari porselen, dengan tujuan untuk membantu
meratakan panas, karena batu didih memiliki pori-pori yang dapat menyerap dan
menyebarkan panas melalui gelembung yang terbentuk, serta batu didih dapat
mengurangi tegangan permukaan.
Dilakukan destilasi dengan
prinsip memisahkan campuran berdasarkan perbedan titik didihnya. Digunakan 2
pendingin liebigh untuk memaksimalkan kondensasi karena titik didih etil
bromida yang terlalu rendah, sehingga untuk mencegah etil bromida menguap. Suhu
saat destilasi tidak boleh lebih dari 1000C karena dapat membentuk
reaksi samping yaitu dietil eter. Suhu dijaga 80 – 850C. labu hisap
diletakan pada baskom berisi es dengan tujuan agar etil bromida tidak menguap. Hasil
destilat ditampung dalam labu hisap yang telah diisi air es, hingga tidak ada
lagi tetesan yang berupa minyak yang keluar dari pipa alonga.
Setelah itu, dilakukan
isolasi dengan menuang destilat ke dalam corong pisah. Prinsip corong pisah
adalah memisahkan campuran berdasarkan perbedaan kelarutan dan bobot jenis. Bobot
jenis yang lebih besar akan berada di bawah dan yang lebih kecil berada di
atas, sehingga saat dilakukan pemisahan, akan terbentuk 2 lapisan, aquadest di
bagian atas dan etil bromida di bagian bawah. Yang diambil bagian bawah.
Lalu diteteskan H2SO4
lewat dinding sehingga akan terbentuk dua lapisan lagi, yaitu etil bromida di
bagian atas dan dibagian bawah yaitu dietil eter + H2SO4.
H2SO4 berfungsi untuk mengikat dietil eter. Lalu diambil
bagian atas yaitu etil bromida. Dinetralkan dengan NaHCO3 untuk
menghilangkan asam dan penetral etil bromida dari H2SO4
pekat. Saat pencampuran tersebut akan terbentuk gas.
2 NaHCO3 + H2SO4
=> Na2SO4 + 2H2O + 2 CO2
Untuk mengetahuii apakah etil bromida
sudah netral, dicek pHnya dengan indikator pH. Kemudian etil bromida yang
didapat dilakukan pemurnian dengna penambahan CaCl2 anhidrat. Terjadi
peristiwa salting out dimana sifat anhidrat membuat air tertarik dan bereaksi
dengan CaCl2. Sebelumnya CaCl2 dikeringkan dahulu agar
CaCl2 dapat menyerap air dengan optimal. Lalu hasil pemurnian
disaring dengan kertas saring, sehingga didapatkan 4,69 gram etil bromida
dengan rendemen 25,77% b/b.
Reaksi
umum pembuatan etil bromida :
2KBr
+ 2C2H5OH + H2SO4 => 2C2H5Br
+ 2H2O + K2SO4
Pengamatan
organoleptis etil bromida :
- Bau
menyengat
- Bentuk
cair
- Fungsi
: obat anestesi, pelarut organic
Fungsi
bahan
- Etanol : senyawa alifatis,
starting material
- KBr :
starting materil, penyedia Br-
- H2SO4 : katalisator, pendonor ion H+
- CaCl2 :
penarik air
- NaHCO3
: penetralan dari asam
VIII. Kesimpulan
1. Reaksi
pembuatan etil bromida merupakan reaksi substitusi nukleofilik bimolekuler
(SN2).
2. Reaksi
substitusi nukleofilik adalah suatu reaksi penggantian atom, ion, gugus oleh
gugus nukleofilik.
3. Produk utama adalah etil bromida (rendemen =
25,77% b/b).
Pustaka
Daintith., 1997, Kamus Lengkap Kimia, Erlangga, Jakarta.
Fessenden, R.J.,
1982, Kimia Organik, Edisi III, Jilid I, Erlangga, Jakarta.
Sumardjo, D.,
2008, Pengantar Kimia Buku Panduan kuliah
Mahasiswa Kedokteran, EGC, Jakarta.
Tag :
Laporan Praktikum
1 Komentar untuk "Pembuatan Etil Bromida"
Ini sumbernya dari mana kalau pembahasan.saya disuruh menambahkan sumber.